Assalamualaikum

Photobucket

Minggu, 08 Mei 2011

ada cinta di green school

Ada cinta di green scoolh


karya : Risa Dwi Ratnasari

Namaku Raisya Dewi .R aku bersekolah di sekolah green. sekolah green adalah sekolah ku tepatnya di bandung sebelah timur,aku sendiri yang menamainya sekolah green karena sekolahnya hampir seluruhnya hijau dan sekolah ini jauh dari kebisingan kota yang kini sudah sangat kacau.walaupun bukan smp unggul aku mendapat kenangan-kenangan dan kehebohan yang aku rasa aku hanya mendapatkannya disini. Kesenangan ku yang terindah adalah…
Waktu di smp kelas 1E aku mempunyai teman laki-laki yang bernama RD,teman-temanku menyebtnya RD karena namanya Rifki Difantara .
Awal masuk smp sekolah green aku masih bingung dan belum mempunyai perasaan sedikitpun pada siapapun.Semakin hari berganti aku mulai mengenal teman-teman ku baik laki-laki maupun perempuan.Suatu hari ada seorang teman ku yang bernama Dina bercerita kepada ku bahwa dia menyaukai salah seorang Murid di klz yang Bernama Rifki, Aku penasaran lalu aku mencari tahu yang benama Rifki itu.
Dan akhirnya aku mengetahui orang yang bernama Rifki ,sungguh dia memang tampan tidak seperti yang aku bayangan ha.. ha…,Dina memang tidak salah memilih orang yah. Hari berikutnya ibu guru menanyakan kepada kelas ku, kelas 7 E. Ibu menanyakan siapa diantara kalian yang mendapat ranking di SDnya ternyata Rifki mengacungacungkan tangannya, dia menjawab bahwa dia mendapat rangkaing 1 di sekolahnya . waw hebat sekali Rifki, itu menambah kekagumanku padanya,
Karena Dina yang sudah terlanjur senang pada Rifki akhirnya dia menembak , setiap waktu Dina menunggu jawaban itu, akan tetapi Tak kunjung Rifki menjawabnya. Lalu dari pada Dina berlarut-larut menunggu jawaban yang tidak pasti,aku dan temanku yang bernama mica merencanakan untuk menyenangkan hati Dina dengan cara membohonginya, memang ini sangat tidak benar tapi mau bagaimana lagi,kami pun memberinya gelang tanda bahwa Rifki menerimanya .
Hari terus berlanjut, Mungkin Benar kata pepatah sedalam-dalamnya Bangkai Disimpan tetap saja akan tercium baunya, begitupun dangan kebohongan ini ,serapat – rapatnya kebohongan ini kami tutupi tapi tetap saja akan ketahuan juga.
Dina tahu bahwa aku dan mica membohonginya, dia menangis dengan semua perasaanya, aku tahu Bagaimana perrasaan nya waktu itu, lalu kami mencoba menjelaskan bahwa kami hanya ingin membuatnya senang, tapi Dina dangan lapang dada memaafkan kami berdua, dan kami menjadi baikan lagi.
Aku tak tahu kenapa aku merasa beda jika dekat dengan Rifki, setelah aku bertanya kapada diriku sendiri Ada apa ini? Apa yang terjadi dengan ku ? apakah… aku MEN-NYU-KAI Rifki. Owh tidak boleh aku tidak boleh menyukai Rifki,aku ta mau Mengkhianati Dina .dia yang pertama menyukai Rifki, jadi hanya Dina yang pantas mencintai Rifki,Bukan aku.
Selesai masa-masa Mos Kelas kami mendapat murid baru yang bernama firdan ,firdan pindahan dari cigondewa dan asal dia dari Bali ,Firdan dan Rifki berteman cukup baik .Suatu hari aku dan firdan dikerjai oleh teman-temanku,Mereka membiarkan aku dan Firdan terkunci di kelas,setelah bel berbunyi murid-murid kelasku memasuki klz dan aku fikir ini semua sudah berakhir,Tetapi apa yang terjadi mereka malah berbicara yang macam-macam tentang kami,kelas sangat berisik karena tidak ada guru, lalu Rifki melihatku sedang menendang-nandang meja dengan raut muka yang sedih dalam hati ku berbicara”mengapa harus dengan anak baru itu mengapa bukan dia , Rifkipun berkata kepada semua teman-temanku,”heh Berisik, walaupun dia hanya mengatakan dua kata itu,aku tak tahu apakah Rifki berkata seperti itu untuk membelaku atau munkin karena dia terganggu dengan suara-suara di kelas, tetapi aku senang karena dia dan kata-kata itu menghentikan ke gaduhan di kelas.
Semula aku tak tahu mengapa Rifki dan satu orang temanya yang bernama Reza menyebut aku dan kedua temanku yang bernama Mica dan Dina, di katakan Berukh,anak monyet,dan orang edan , Owh! Ternyata Rifki dan Reza itu mengajak untuk bertengkar,memangnya mereka saja yang bisa menyebut kami begitu,kamipun bisa kami sepakat untuk menyebut mereka banek dan Bondon nonggeng, ha…..ha.. itu kata yang cukup bagus unutuk membalas ejekan mereka ,kami pun bertengkar satu sama lain dengan kata-kata itu.

Hari pun berganti kembali ,ke esokan hari aku datang ke sekolah dengan langkah yang pasti, aku memasuki kelas tampak Rifki dan beberapa temanku sedang mengerjakan piket pagi,setelah aku masuk kelas Rifki menyambut kedatanganku dengan senyum aku senang karena dia begitu,di tengah-tengah pelajaran aku memandang Rifki dan berfikir mengapa aku bisa suka padanya,tidak lama kemudian Rifki memalingkan mukanya kepadaku mungkin sudah dari tadi menyadari bahwa aku memperhatikanya, seketikapun aku menunduk dan pura-pura tidak tahu,lalu Rifki kembali kepada buku yang sedang di pelajarinya.
Di sela-sela istirahat aku membeli jajanan ke kantin dan kembali lagi ke teras kelasku,lalu Rifki datang dengan membawa makanan Ringanya,di sana hanya kami berdua saja,aku tak tahu teman-tamanku berada dimana,tampak di lapangan sedang ada latihan pramuka dan aku mengatakan pada Rifki bahwa di salah satu anggota pramuka itu ada yang aku suka ,Rifkipun berteriak kepada anggota pramuka,”wey!! Ada yang suka nih (sambil menunjuk ke arahku),aku marah sama Rifki, “Rifki tuh jail banget sih, tapi tidak apa-apa karena aku tahu Rifki hanya main-main saja.
Akhirnya Rifkipun bercerita-cerita kepadaku, aku bercerita kepada Rifki dengan menjaga perasaanku, aku tak mau Rifki minder karena kebodohan ku,teman-teman kelas menyoraki kami berdua,lalu aku beranjak dari tempat ku dan berpura-pura marah,padahal hal itu sangat langka aku dapatkan kalau bukan karena teman-taman menyoraki aku mungkin aku dengan Rifki bisa lebih lama bercerita-cerita.
Hari kamispun tiba saatnya kami berolah raga tetapi aku dan beberapa temanku bersembunyi ,di kelas aku melihat Rifki
Sedang berkumpul dengan teman-temanya,lalu pak Rahmad datang dengan muka yang lumayan menakutkan lalu Rifki dan beberapa temanya lari kelapangan untuk mengikuti pelajaran olah Raga sebelum ia di marahi oleh pak Rahmad,owh sungguh kasian Rifki dia harus berpanas-panas di luar sana sementara murid kelasku berlari-lari di bawah teriknya panas matahari pak Rahmad malah berduduk Ria di teras Ruang guru dan tidak memperhatikan murid-murid kelasku berolah raga.

Setelah pelajaran olah raga yang melelahkan itu berakhir murid kelasku beristirahat sejenak sembari ,melepas lelah. Aku tetap dikelas dan aku melihat Rifki kelelahan, aku diam-diam melihatnya kasian sekali, dalam hati aku berkata”mengapa pak Rahmad mengajar kelasku begitu ya, kasian Rifkikan.
kebetululan pelajaran
sedang kosong jadi ,aku berinisiatif untuk mengajak Rifki bercerita-cerita sembari menghibur dia, bagiku mengajak Rifki bercerita denganku sama dengan aku di suruh guru untuk bernyanyi di depan kelas sama dengan kacaunya detak jantungku, sebelum permulaan aku berlatih berbicara sendiri dahulu agar tidak memalukan sesudah mantap baru aku maju., tapi kabar baiknya rifki mau ku ajak bicara waduh ternyata tak sesulit yang aku bayangkan., kami bercerita-ceita ria, kesempatan ini sangat langka aku dapatkan karena dia orang sibuk yang jadwalnya seperti orang besar saja,kami berdua bercengkrama satu sama lain tak terasa waktu sudah menunjukan pukul.12.00 waktunya murid-murid untuk pulang.tak terasa pula obrolan ini usai tetapi membekas di hati.
Rifki memang tidak terlalu akrab dengan orang-orang di kelas, dia berbeda tetapi dia baik,bijaksana,dan selalu optimis, Rifki memang lelaki yang sempurna bagi ku, tapi aku suka pada Rifki bukan karena dia tampan,pintar,kaya DSB,aku suka pada Rifki atas dasar hatiku yang sungguh tak bisa di bohongi, memang aku sudah menjadi penghianat bagi temanku tapi semakin aku melupakannya semakin pula perasaan ini bertambah-tambah.
Pelajaran yang paling tidak aku mengerti adalah mata pelajaran Fisika diajarkan olah gurupun aku tak mengrti, saat aku kebingungan dengan pelajaran itu Rifki melihatku sedang bertanya kepada guru dan Rifkipun mendekat kepada ku dan guru fisika untuk mengetahui apa yang sedang kami bahas, sesudah guru menerangkan kepadaku ,parahnya aku tak mengerti karena memang aku tidak memperhatikannya menerangkan ,Rifkipun melihat aku menggeleng-gelengkan kepala karena tak mengerti,akhirnya Rifki mengjarkan ku fisika,Rifki menerangkan ku fisika dengan segala yang baik-baik untuknya,karena aku memperhatikan Rifki atas dasar suka ajaib aku mengerti apa yang tadi di bahas olah guru,sungguh Rifki memang penolongku.
Di Rumah aku terus memikirkannya setiap waktu aku menghayalkannya,memang aku sadar bawa aku hanya seorang penghayal yang berharap itu semua akan terjadi ,orang-orang berakata bahwa cinta itu anugrah tetapi cinta tak terbalas itu menyakitkan, memang Rifki belum mengetahui bahwa aku menyukainya, tapi aku sadar akan diriku yang sangat berbeda dengannya,dan banyak perempuan yang lebih dariku yang bisa mendapatkan Rifki, oh.. Tuhan.. aku sudah lelah dengan semua ini, dengan semua kenyataan ini, dan mengapa Rifki harus menjadi sesuatu dalam hidupku , mengapa harus dia yang menjadi cinta pertama ku, Rasaya aku ingin berlari ke tempat dimana orang tak bisa mencariku dan tempat semua jawaban itu ada ? tentang perasaan Rifki, kelanjutan cintaku,dan semuanya yang membuat aku bertanya.
Pada suatu hari sekolahku mengumumkan bahwa sebentar lagi siswa akan di hadapkan Ulangan Umum semester ganjil maka sekolah menyarankan para siswa untuk menyiapkan diri, ada berbagai respon dari anak-anak, dari senang sampai sedih, anak-anak kelas ku merespon
biasa saja sementara Rifki bermuka sedih aku tak tahu apa yang sedang dia fikirkan, yang jelas dari matanya terlihat kesedihan, kartu ujian pun di bagikan kepada anak-anak ,ketika aku sedang berkumpul dengan teman-temanku, aku melihat Rifki memandangi kartu ujiannya dengan muka sedih, teman – temanku berkata bahwa rifki akan pindah sekolah, aku menanggapinya biasa saja karena pasti mereka itu hanya berpura-pura.
Aku merasa kesal karena akhir-akhir ini Rifki menjadi menjauh dariku , dia jadi selalu bersama kumpulan orang-orang pinter memangsih dia pintar tapi tak biasanya dia begitu,jadi setiap Rifki melihat ke arahku aku selalu berpaling dengan sorot mata tak bersahabat, Tampak Rifki kebingungan dengan sikapku,itu salah Rifki dia yang pertama membuatku kesal.
Hari pun berlalu begitu cepat kini waktunya murid-murid untuk menjalani ulangan umum semester ganjil, sewaktu pulang sekolah aku dan temanku yang bernama prilia sedang berjalan untuk pulang lalu Rifki datang dari belakang dengan meakai motor dengan kakanya,lalu aku katakan pada prilia laki-laki itu yang sedang aku suka prilia pun menanggapinya cakep ko sa.
Pertama Ulangan aku duduk dengan kelas 3,aku duduk dengan kakak kelas laki-laki, begitupun Rifki dia duduk dengan kakak kelas laki-laki, saat aku sedang membaca buku di bangku ku aku melihat rifki bersama orang-orang pintar di depan kelas.
Saat dia akan kembali ke bangkunya,dia menepuk bahuku dengan buku tulisnya, aku pura-pura acuh saja,tetapi jauh di lubuk hatiku aku sangat senang Rifki begitu,dan aku fikir Rifki memperhatikan aku, mungkin Rifki tak puas dengan responku lalu Rifki menepukan buku ke dari belakang bangku,dia berkata,”weii…, . ya aku fikir sudahlah tak ada gunanya membohongi diri sendiri, akupun melihat kebelakang dan menanyakan apakah dia membawa buku untuk belajar ulangan hari ini, lalu dia menjawab, Tidak, jika tahu seperti ini aku tak akan menanyakan hal ini kepadanya.

Ulanganpun berjalan dengan lancar sampai akhir, hari-hari Ulanganpun dilalui dengan ringan karena aku sudah belajar ya.. tentu saja aku di temani oleh bayang-bayang Rifki .
Waktu pembagian Raporpun Tiba,aku mrngambil sendiri karena orang tuaku sedang tidak bisa,sesampai di sekolah aku melihat-lihat apakah ada Rifki,tetapi sampai pembagian rapor dimulai aku tak melihat Rifki,fikirku kemana Rifki, mengapa Rifki tak ada,saat namaku dipangil,aku tanyakan saja,”pa kemana Rifki,mengapa Rifki tak datang,pa guru berkata “Rifki sudah lebih dulu mengambil mengambil Rapornya bersama Orang Tuanya,dan pak guru mengatakan hal yang membuat hatiku sakit,pa guru mengatakan bahwa Rifkipun pindah dari sekolah ini, alangkah kagetnya aku saat pa guru berkata seperti itu, sembari menahan perasan aku permisi sambil membawa raporku,aku diam di teras kelas,termangu sendirian.
Setelah beberapa hari,akupun belum bisa menerima kenyataan ini, mengapa ketika Cinta itu mulai ada, dia malah pergi tanpa meninggalkan satu patah katapun untukku,ternyata Gosip yang menyatakan Rifki akan pindah sekolah itu benar adanya, dan bodohnya aku tak menyadari itu,jika aku tahu dari dulu bahwa Rifki akan pindah sekolah, aku sudah siap untuk menerimanya walaupun itu berat,tapi sudahlah yang dulu tak akan bisa terlulang kembali.
kini aku harus menjalani hari-hari disekolah tanpa Rifki,tanpa ada yang bercerita lagi dan tak ada yang menjelaskan fisika lagi untuk ku,aku harus bangun dari mimpiku yang sudah tak mungkin lagi jadi nyata.
sekarang Hidupku di Smp ini dan hidupnya di smp barunya sudah berbeda.kini dia bergaul dengan orang-orang yang Elit,tapi walau begitu aku tetap bangga dengan Smp ku, tanpa smp ini aku tak akan mendapatkan pengalaman seperti ini,pengalaman yang tek pernah ada di masa dahulu.dan di masa nanti.

Seiring waktu berjalan.. ternyata… tak terasa rasa ini ku pendam sudah 3 tahun lamanya,kini aku kelas 3 tetapi Rizki tetap ku ingat ketika ku sadar aku bilang pada semua orang di kelasku sudah 3 tahun kepindahan Rizki , tahun2x sebelumnya aku masih menunggu kapan aku dapat bertemu dengannya,dengan cinta pertama ku di green school , setiap tahun ketika berjumpa dengan hari ulang tahunnya aku suka memberi selamat di buku harianku walau dia tak ada, kadopun aku belikan dengan perjuangan yang sangat amat membuatku kelelahan mencarinya,tetapi temanku selalu memberi semangat bahwa raisya adalah orang yang mampu berjuang demi apa yang di perjuangkanya, walau terik matahari sangat terik, tetapi aku tetap ingin memberi sesuatu kepadanya meski harga yang tak seberapa meski ku tak tahu apa kado ini akan sampai di tangannya, tapi aku yakin pada suara hatiku, bahwa tuhan akan merencanakan sesuatu yang indah untukku. Kado telahku dapatkan sebuah kam beker bujur sangkar berwarna coklat,walaupun tak seberapa tapi mungkin bermanfaat untuk membangunkannya dipagi hari atau saat dia membutukannya, kado itu dibungkus oleh tanteku yang baik hati.
Aku berusaha untuk mendapatkan nomer telepon Rifki, lalu aku ingat sesuatu temanku dina pernah mngatakan nomer telepon rumah rifki, ternyata aku ingat akupun meneleponya , lalu aga suara wanita mungkin ibunya atau sodaranya berkata “hallo, akupun menjawabnya “maaf ini dengan rumah rifki, wanita itu menjawab “ya ini dengan siapa ? , ini dengan temannya rifki dengan teman lamanya di smp dlu ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk rifki , wanita itu menjawab oh ya nanti saya sampaikan pada rifki , ada yang lain , tidak itu saja yang ingin saya sampaikan maaf mengganggu.. teleponpun ku tutup dengan semua perasaan cemasku, akhirnya berakir juga.

Hingga saat ini sudah 1 tahun berlalu tetapi kado itu masih tersimpan dan terbungkus rapi di kamar tidurku, tanteku yang baik hatipun sudah pergi menghadapNya karena tumor lidah yang dideritanya, sungguh hatiku sangat pillu dengan kepergiannya, Almr tanteku meninggalkan 1 orang anak yang masih berumur 2 tahun ,belum lagi om ku yang ditinggalkannya sungguh aku hanya bisa memandangi dan berdoa pada kenyataan ini rencana tuhan tak ada yang mengetahui,kenangan yang ditinggalkan pada kertas kado itu mengingatkan aku pada tanteku bersambung…..



























Kisah cintaku pada dia belum berakir karena belum ada Ending yang pas untuk kisahku ini,aku akan meneruskan perjalanan Cintaku dan akan ku ceritakan lagi, aku tak tahu kisah ini akan berakir senang atau sedih, yang terpenting aku sudah meninggalkan secarik kisahku pada cerita ini,dan akan tetap abadi hingga aku menghadapNya.

Lagu 2x untuknya:

Bintang tolong jawab aku apakah dia cinta aku
Bintang tolong berikan salam, salam cinta salam sayang untuk dia.
Oh…………. Bintang-bintang dia sayang dia cinta,
Bintang dia,bintang daku, oh. Bin………tang.
Idih… lagu’x lebay yach…
Ini lagu buat seseorang ….
Lagu… bohong
Ingin kuungkap rasa ini untuk di rimu,coba kau lihat kamari…
Aku disini menunggumu ,

Aku mungkin tak seperti dia, yang sempurna di matamu ,mungkin ini jalan hidup ku mencintai tanpa dicintai, ada yang cinta aku tak cinta karna cintaku hanya untuk dia……...





Ini adalah pengalaman hidupku yang benar terjadi… dan taukan kamu bahwa dia adalah first love ku… jd ketika aku sedang sakit hati dengan seseoarang, tinggal memikirkan dia sakitnya akan cukup terobati… sekrangpun.. mungkin tuhsn telah merencanakan untuk kehidupanku saat ini aku tetap berkomunikasi dengan rifqi .

Harapan kami

karya.Risa.Dwi.R

Dambaan seorang pemimpin yang bijaksana
Yang bisa meringankan beban kami
Demi anak,cucu kami bisa merasakan sesuap nasi
Demi keluarga kami bisa mendapatkan
Pendidikan yang layak.

Menjadikan pekerja luar negri hidup sejahtera
Menjadikan buruh mendapatkan jatah yang layak
Kami bukan petinggi Negara yang bisa
Mengubah sistim Negara menjadi lebih baik

Yang kami lakukan hanyalah
Memilih siapa yang layak untuk memimpin kami
Sungguh besar harapan kami pada para petinggi negara
Agar dapat mewujutkan semua suara hati nurani kami.

Sabtu, 07 Mei 2011

perihal mengenai umur

Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepada para sahabat,

أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخِيَارِكُمْ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ خِيَارُكُمْ أَطْوَلُكُمْ أَعْمَارًا وَأَحْسَنُكُمْ أَخْلَاقًا . (الحديث)

“Maukah kalian aku beritahu tentang orang yang terbaik di antara kalian?” para sahabat menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Kata beliau, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling panjang umurnya dan paling baik amalnya.” (Al-Hadits)

Uwais AlQarni

KISAH TELADAN

Uwais AlQarni: Terkenal Di Langit Tak Terkenal di Bumi

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit.

Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya. Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya.

Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”.

Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.

Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.

Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.

Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”. Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.

Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”. Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru.

Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. dan bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.

Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ? “Abdullah”, jawab Uwais. Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”. Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah: “Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”. Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata: “Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi".

Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. “Wahai waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang terjadi ?” “Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak ?”tanya kami. “Dekatkanlah diri kalian pada Allah ! ”katanya. “Kami telah melakukannya.” “Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!” Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat”. “Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? ”Tanya kami. “Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat. Kemudian kami berkata lagi kepadanya, ”Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.” “Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?” tanyanya.“Ya,”jawab kami. Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.

Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina Umar r.a.)

Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit.